Selasa, 24 November 2009

PEREMPUAN DALAM SEJARAH PERADABAN

PEREMPUAN DALAM SEJARAH PERADABAN

Pendahuluan
Seperti bayi yang harus melewati tahapan-tahapan untuk menjadi makhluk sempurna, itulah kehidupan perempuan dalam sejarah peradaban. Perempuan adalah manusia yang perlu untuk dimanusiakan. Tak ada perempuan, yang ada hanyalah pembawa sial, budak, pemuas dan penggiur jalanan. Mereka harus dibuang dan dikubur. Mereka bukan bagian dari kita, kaum laki-laki, karena itu tak perlu ada keadilan untuk mereka, karena mereka memang pantas dibawah dan pantas untuk terhina.

Perilaku yang sangat biadab yang membuat kaum peremput menjerit-jerit, namun seperti di hutan, tak ada yang mendengar, tak ada yang perduli. Padahal mereka yang melahirkan, yang menggendong dalam rahim selama Sembilan bulan. Sungguh tak ada keadilan untuk mereka.

Perempuan Versi Yunani Kuno
Orang Yunani memandang kaum perempuan sebagai sosok lemah, kebalikan dari kaum laki-laki. Mereka, kaum perempuan tak ubahnya Bebek, ikut orang tuanya sebagai anak, ikut majikannya sebagai istri, dan ikut anaknya sebagai janda. Mereka diberikan, dijual di pasar-pasar tak ubahnya beras dan sayuran sebagai belanjaan ibu-ibu di zaman sekarang. Sungguh mereka, orang Yunani, benar-benar sangat meremehkan kaum perempuan. Perempuan itu najis, pembawa sial. Konon diceritakan apabila orang-orang Yunani tertimpa musibah mereka berpandangan bahwa musibah adalah refleksi dari kemurkaan tuhan mereka, kemudian mereka menyembelih Sapi dan perempuan muda sebagai tumbal atas sesembahannya tersebut.

Perempuan Versi Romawi Kuno
Mereka orang Romawi memandang kaum perempuan sebagai sosok yang menggiurkan, pemuas dan penghibur sebagai utusan dari Syetan. Perempuan adalah alat hias, make up, yang dijual di pasar, dan ditaruh di depan kaca hias. Orang laki-laki boleh memperlakukannya dengan semena-mena, baik dengan kekerasan atau bentuk lain dari setiap kedzoliman, karena mereka lemah, tidak sebanding. Ada dua tokoh Perancis menyebutkan prihal posisi perempuan dalam rumah tangga bangsa Romawi bahwa suami punya hak mutlak dalam keluarga yang harus selalu diikuti semua perintahnya dalam bentuk apapun tanpa harus ada komplen.

Mereka juga berpandangan bahwa perempuan adalah makhluk yang dalam dirinya tidak ada ruh kemanusiaan, karena itu dia perempuan tidak berhak dapat ampunan, siksa dan kenikmatan kelak nanti di akhirat. Kehidupannya pun harus dibatasi dengan undang-undang yang ketat, mereka tidak boleh ketawa, makan daging hingga nanti jadi beringas tak ubahnya hewan buas, mereka juga tidak boleh bicara.

Sama seperti orang Yunani, mereka juga menuntut perempuan agar mau merelakan nyawanya sebagai tumbal sesembahan mereka. Suami mereka harus dilayani siang malam suntuk tanpa ada kata mengeluh, karena perempuan itu berhak terhina dan hina.

Ada yang aneh dalam sebagian perundang-undangan mereka terkait dengan Poligami. Mereka berpandangan bahwa laki-laki tidak boleh berpoligami, hanya saja undang-undang ini dihapus oleh raja mereka setelah mereka melakukan salah satu peperangan.

Perempuan Versi India Kuno
Kaum Perempuan menurut versi mereka tak ubahnya budak didepan kaum laki-laki, harus melayaninya sepanjang dia masih hidup dan tidak punya hak tasharruf dalam hal apapun kecuali dapat izin dari kaum laki-laki. Waktu kecil mereka harus mengikuti ayahnya, waktu muda mereka harus mengikuti suaminya, ketika suaminya meninggal mereka dikembalikan lagi ke ayahnya dan hak wilayah pindah ke ayahnya kembali, dan bila ayahnya juga sudah tiada maka pindah ke pamannya, setelah itu pindah ke penguasa, mereka benar-benar tidak punyak hak kemerdekaan.

Perempuan Versi Paris Kuno
Ada ideologi penting yang perlu kita ketahui dari orang-orang Paris”Manusia semuanya sama, hak-hak sebagian dari mereka adalah hak yang lain, baik harta ataupun perempuan”. ideologi ini mengatakan bahwa perempuan adalah hak umum bisa dinikmati siapa saja, tak boleh ada peperangan, pertengkaran karena hanya perempuan. Perempuan adalah rizki tuhan yang diberikan kepada manusia untuk dinikmati bersama, tak ada perbedaan dalam hal ini antara raja atau rakyat jelata, antara orang kaya dan orang miskin.

Perempuan Versi Mesir Kuno
Penulis pernah mendengar pepatah tentang Mesir ”Orang-orang Mesir waktu bocahnya termasuk orang cerdas, ketika sudah besar mereka sombong, sementara perempuannya adalah penari”. Dari pepatah ini ada satu kata yang perlu diperhatikan yaitu”Perempuannya adalah penari”. Diceritakan bahwa ada kebiasaan dari perempuan-perempuan Mesir, yaitu melamar kaum laki-laki terlebih dahulu. Untuk mewujudkan kebiasaannya ini mereka belajar menyanyi dan menari, kemudian mereka praktekkan di depan laki-laki dengan tujuan untuk menarik simpatinya, selain itu mereka juga senang bersolek. Mestinya perilaku mereka ini mengundang reaksi kaum laki-laki, ada yang simpati ada juga yang tidak. pada yang simpati mereka akan mengadakan perjanjian untuk bertemu, kemudian menawarkan dirinya untuk dipinang.
Kebiasaan ini masih bisa disaksikan di zaman sekarang di sekitar pinggir sungai Nil. Adapun nyanyian yang biasa dilantunkan perempuan Mesir kuno untuk menarik simpati laki-laki adalah sebagai berikut :

“Hai para pemuda tampan, aku senang untuk mengubah statusku menjadi seorang istri salahsatu di antara kalian dan menghendaki setiap hak kalian”.

Perempuan Versi Yahudi
Mungkin orang-orang Yahudi trauma dengan apa yang menimpa Nabi Adam, yaitu turun ke bumi akibat makan buah terlarang yang telah dilarang Allah gara-gara rayuan Siti Hawa, karena itu mereka sangat benci kaum perempuan dan mengutuknya sebagai perempuan terlaknat yang datang dari langit. Sebagai reaksi dari kekesalan dan kemarahannya, mereka memposisikan perempuan dengan tidak terhormat, mereka menjualnya dan memindahkannya dari satu tangan ke tangan yang lain.

Perempuan yang ditinggal mati oleh suaminya secara langsung menjadi istri saudara dari suaminya, sementara orang lain tidak halal mengawininya, hanya saja kalau seumpama nanti punya anak, anaknya tersebut tetap dinisbatkan pada suami yang pertama.

Perempuan Versi Kristen Kuno
Sama seperti orang-orang Yahudi mereka memposisikan perempuan, hal ini juga karena dilatar belakangi alasan yang sama, yaitu penyebab turunnya Nabi Adam dari Sorga. Sebagai reaksi, mereka menganggap perempuan sebagai sosok yang tidak sempurna, dari sisi bentuk dan tabiat, karena itu mereka menjahuinya. Mereka lebih memilih untuk melajang seumur hidup. Mereka juga berpandangan bahwa perempuan adalah ruh syetan dan bukan manusia, mereka tak punya hak untuk belajar, mereka najis dan hanya diciptakan untuk melayani laki-laki.

Perempuan Di Masa Jahiliyah
Tak ubahnya ada musibah sehingga harus ada ta’ziyah dan menyabar-nyabari, begitulah yang dilakukan orang-orang Arab di masa Jahiliyah ketika ada salah satu tetangganya yang melahirkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan mereka menganggap bahwa perempuan itu pembawa sial, mereka takut fakir dan takut tercela. Mereka gengsi di depan tetangganya, karena itu mereka memperlakukan perempuan dengan tidak terhormat dengan menjadikannya pengembala Unta, Kambing dan Sapi, mereka juga mengenakannya baju yang terbuat dari kulit binatang sebagai bentuk penyamaan dengan binatang tersebut.

Sebagai langkah terakhir atas kekecewaannya, mereka mengubur anak perempuannya tersebut hidup-hidup. Diceritakan dari al-Nuwairy bahwa orang-orang Jahiliyah bila melahirkan anak perempuannya dia akan membiarkannya hidup sampai umur enam tahun, setelah itu mereka menyuruh istrinya untuk memandikan anak perempuannya tersebut, memberi minyak wangi, dan mengenakannya pakaian yang bagus, kemudian mereka membawanya kesuatu tempat yang lapang (shahrâ’) dan menguburkannya. Ibnu Abbas pernah meriwayatkan bahwa orang-orang Jahiliyah bila istrinya lagi hamil, mereka akan membuat lubang seukuran bayi sebagai kuburan bagi anaknya bila nanti perempuan.

Kebiasaan ini adalah akibat peperangan yang terjadi antara kabilah Rabi’ah, Kandah dan Tamim. Diceritakan bahwa pernah terjadi peperangan antara kabilah-kabilah di atas yang menyebabkan para perempuan banyak yang tertangkap, kemudian mereka semua mengadakan perdamaian dengan mengembalikan semua tawanan yang tertangkap, termasuk para perempuan, hanya saja mereka banyak yang tidak mau kembali pada kabilah mereka masing-masing, mereka lebih memilih hidup bersama kabilah lain yang menawannya, karena itu pimpinan mereka marah dan mengubur mereka semua hidup-hidup.

Dalam perkawinan, banyak sekali model-modelnya yang dilakukan oleh mereka, orang-orang Jahiliyah, yang akan penulis sebutkan sebagiannya di bawah ini:

 Zawaju al-ba’ulah perkawinan ini masyhur di kalangan para cendikiawan di masa tersebut. dalam perkawinan ini membutuhkan khutbah, mas kawin, saksi, ijab dan qabul. Perkawinan ini mendekati perkawinan yang kita peraktekkan sekarang. Perkawinan ini pernah dilakukan Bani Hasyim sebelum terutusnya Nabi Muhammad saw. di pertengahan sebelum perkawinan beliau dengan Siti Khadijah.
 Nikahu al-Musyarakah, yaitu pernikahan yang dilakukan orang Jahiliyah terhadap putri-putrinya dengan orang lebih dari satu dalam waktu bersamaan.
 Nikahu al-Istibdhô’ yaitu pernikahan sebagai mana biasanya, hanya saja bila suaminya merasa kagum pada keberadaan laki-laki lain dari segi kecerdasan, kekuatan dan keberanian dia akan menyuruh istrinya untuk bersetubuh dengan laki-laki lain tersebut, agar nantinya mereka berdua punya turunan cerdas, kuat dan berani sebagaimana laki-laki yang menyetubuhi istrinya.

Dan masih banyak model-model perkawinan lain selain yang penulis sebutkan di atas, seperti nikah syighar, Muqt, dan Iltiyath.

Perempuan Versi Islam
Sy. Umar pernah berkata: “Demi Allah dikalangan kami, orang-orang jahiliyah perempuan tak diperhitungkan, kemudian datanglah islam dengan membawa keadilan yang mengangkat derajat perempuan dan menempatkannya di tempat yang layak”.

“Keadilan”, itulah yang dibawa islam, tanpa memandang etnis dan jenis. Mereka semua punya hak yang sama, shalat bukan hanya diperuntukkan kaum laki-laki, bahkan untuk perempuan juga dan semuanya sama-sama dapat pahala, begitu juga ibadah-ibadah lain. Begitu juga kemuliaan. Islam tidak memandang kemuliaan dari sosok bangsawan, dari sosok kekayaan, suku dan jenis kelamin, bahkan dari takwa mereka masing-masing, sebagaimana hadis Nabi”Tidak ada perbedaan antara orang Arab dan Non Arab kecuali takwa mereka”. Susungguhnya Allah tidak melihat kalian dari sisi penampilan lahir, bahkan hati kalian.

Hak belajar juga tidak hanya diberikan pada kaum laki-laki, mereka semua sama, dan punya kewajiban yang sama, laki-laki maupun perempuan. Rasulullah bersabda: menuntut ilmu adalah kewajiban semua orang baik laki-laki ataupun perempuan. Rasul memberi hak yang sama pada para sahabatnya, yang laki-laki ataupun yang perempuan. Lihat Siti A’isyah lulusan madrasah Rasul yang menjadi mufti perempuan di masanya, yang hafal ribuan hadis, sehingga jadi rujukan para sahabat yang lain dari kalangan laki-laki.

Dalam keluarga, perempuan tidak lagi jadi budak suami, mereka punya hak masing-masing, suami mencari nafkah dan istri mendidik anak-anak. Ini adalah kepercayaan besar yang diberikan pada mereka kaum perempuan. lihat Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I dan hambali, mereka semua adalah dari bibit perempuan yang baik dan dari didikannya. Karena itu islam memerintahkan kita semua untuk mencari bibit yang bagus agar nantinya menciptakan buah yang bagus juga, sebagaimana mereka para Imam di atas. di sini perempuan juga boleh mengajukan tuntutan atas perilaku yang semena-mena oleh suami, seperti fasakh.

Islam juga melarang pembunuhan, dan menganggapnya sebagai pelanggaran besar yang harus diganjar dengan ganjaran siksa pedih nanti di akhirat. Dalam hal ini semua sama, perempuan atau laki-laki. Kalau mencuri mereka semuanya wajib dipotong tangannya, bila berzina wajib dihad.

Tak ada diskriminasi sedikitpun islam dalam memandang perempuan, karena islam berjalan dengan membawa keadilan, dengan peraturan yang tidak menyalahi fitrah dan bukan dengan hawa nafsu, karena islam adalah agama ilahi. Hal ini dapat diketahui oleh setiap orang yang benar-benar memahami Islam. Wallâhu a’lam bi al-Shâwâb.

Ahmad Shonhaji
Mahasiswa Azhar University, Fak. ushuluddin






2 komentar: