Rabu, 02 Desember 2009

BELAJAR EFEKTIF ALA ULAMA SALAF

Belajar Efektif Ala Ulama Salaf

Bila kita hendak belajar, maka pertama kali langkah kita adalah memilih fan yang mau kita pelajari, misalnya Fiqh atau Ilmu Kalam, setelah itu kita mendefinisikannya, Fiqh adalah mengetahui hukum syara’ dari dalil tafsil, Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang penetapan akidah agama yang diambil dari dalil yang Qath’î dan lain sebagainya, tergantung fan yang mau kita pelajari. Hal ini dikarenakan Definisi adalah pembuka yang dapat menyampaikan pengetahuan lain dari pembahasan setiap fan. Definisi ini kalau dalam Ilmu Mantiq disebut Ta’rif atau Qaul Syareh.

Setelah kita mendefinisikannya kita harus mengetahui pembahasannya (maudû’), Fiqh membahas tentang pekerjaan setiap orang mukallaf, Ilmu Kalam membahas tentang dzat Allah sifat serta pekerjaan-Nya. Hal ini biar belajar kita lebih fokus, karena biasanya dalam setiap karangan pengarangnya sering mencantumkan hal-hal yang kurang prinsipil mulai dari pengantar kata yang berlebih-lebihan atau basa basi dan lain sebagainya yang dapat mengeluarkan kita dari tujuan awal membaca fan tersebut.

Kemudian Faidah mempelajarinya, seperti mengetahui semua sifat Allah dan Rasul-Nya, dalam Ilmu Kalam. Faidah ini bisa juga dikatakan sebagai tujuan mempelajari setiap fan, karena itu faidah tersebut bisa dibilang motivator yang dapat memotivasi kita untuk mempelajari fan tertentu.

Setiap fan punya nilai lebih bila dibanding fan yang lain dengan tiga tinjauan. Pertama Muadû’, misalnya adalah Ulumu al-Qur’an. Fan ini lebih utama dibanding fan yang lain seperti Fiqh, karena fan ini membahas al-Qur’an sementara Fiqh membahas pekerjaan orang Mukallaf, tentunya al-Quran lebih utama dari pada orang Mukallaf. Contoh lain adalah pedagang Emas dengan pedagang daging, mestinya lebih utama yang berdagang Emas dari pada yang berdagang daging. Kedua, Tujuan, yaitu al-Istimsâk bi al-Urwati al-Wutsqa, tujuan dari mempelajari Ulumu al-Qur’an. Ketiga, kebutuhan, tentunya Ulumu al-Qur’an yang menempati urutan utama, ini berdasarkan kebutuhan seseorang terhadap syariat sementara syariat membutuhkan al-Qur’an.

Selanjutnya yang perlu diketahui oleh kita adalah Nisbat, hubungan antara satu fan dengan fan yang lain. Nisbat ini dapat dapat mengantarkan kita pada pengetahuan akan keterkaitan satu fan dengan fan yang lain. yang dimaksud Nisbat di sini adalah al-Tanasub, yaitu saling keterkaitan antara satu fan dengan fan yang lain, kebalikan al-Tabayun. Maka kalau kita mau mengaitkan (nisbatkan) Ulumu al-Qur’an dengan Fiqh maka namanya Tanasub sementara bila kita mengaitkannya denga ilmu kedokteran (Ilmu al-Thib) maka namanya Tabayun, karena keterkaitannya antara dua fan tersebut sangat jauh.

Hal penting lain yang perlu diketahui kita adalah Wadhî’, pengarang setiap fan yang hendak kita pelajari, misalnya Aristotales, sebagai pengarang Ilmu Mantiq, atau Imam Syafi’ie sebagai pengarang Ushul Fiqh. Mungkin sebagai saksi urgensitas pembahasan ini adalah setiap karangan para ulama terkenal yang mana didalamnya pasti menyebutkan identitas keberadaan dirinya.
Mengetahui Pengarang (Wadhî’) ini juga sangat membantu kita untuk mengetahui alur pemikiran pengarang fan yang hendak dipelajari, sehingga nantinya kita terjaga dari setiap pemikiran kotor yang dibawa setiap pengarang, karena tak semua pengarang itu objektif dalam menulis karangannya, kadang mereka memasukkan kepentingan pribadi atau golongan yang terkadang juga harus melanggar norma penulisan bahkan agama.

Selanjutnya adalah bagaimana Syare’ menyikapi keberadaan fan tersebut dari segi hukum, karena tak semua fan itu dianggap baik untuk dipelajari, misalnya Ilmu Sihir, Syare’ mengharamkan untuk mempelajarinya, atau Ilmu Mantiq yang masih tercampur dengan sekat-sekat filsafat yang dapat merusak akidah kita.

Dan yang terakhir adalah pengambilan. Mestinya setiap pengarang dalam mengarang harus mempunyai sandaran yang bisa dibuat pertanggung jawaban akan setiap karangannya, misalnya dari al-Qur’an atau Hadis dan lain sebagainya. Pengambilan ini bisa kita kenal sekarang dengan Daftar Pustaka. Dengan mengetahuinya kita dapat merujuk sumber asli dari setiap tendensi isi karangan yang telah dibaca.

Ini adalah sebagian kecil langkah-langkah yang diberikan para ulama kepada kita, namun sangat penting untuk diperhatikan agar belajar kita nanti dapat maksimal, efektif dan efisien.

Langkah-langkah ini bisa kita jumpai dalam setiap Muqaddimah kitab-kitab turats yang kebanyakan tercantum dalam tiga bait Bahar Rajaz :

إن مبادئ كل فن عشرة * الحد والموضوع ثم الثمرة
وفضله ونسبة والواضع * والإسم الإستمداد حكم الشارع
مسائل والبعض بالبعض اكتفى * ومن درى الجميع حاز الشرفا

Sesungguhnya setiap fan itu punya dasar sebagai Muqaddimah yang penting untuk diketahui sebelum kita mempelajarinya :

1. Definisi (al-Had)
2. Pembahasan (al-Maudû’)
3. Faidah mempelajari (al-Tsamrah)
4. Keutamaannya dibanding fan yang lain (al-Fadhlu)
5. Keterkaitannya dengan fan yang lain (al-Nisbah)
6. Pengarang/peletak (al-Wadhi’)
7. Nama (al-Ism)
8. Pengambilan ( al-Istimdad)
9. Syare’ menyikapinya dari segi hukum ( Hukmu al-Syare’)
10. Masalahnya (al-Masâ’il)

Bila sepuluh dasar (mabadI’) ini sudah diketahui oleh kita maka belajar kita akan lebih maksimal (wa man dâral jamî’a hâza al-Syarafa). Selamat belajar.
Ahmad Shanhaji






Tidak ada komentar:

Posting Komentar